Perss Rilis IGI Ogan Iir Dengan SMA Negeri 1 Pemulutan Selatan

Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Ogan Ilir memberikan pendampingan kepada Kepala Sekolah dan Guru SMA Negeri 1 Pemulutan Selatan dimana saat ini sedang menghadapi masalah dengan wali siswa, dan permasalahan ini telah sampai ke ranah kepolisian.
Sabtu malam (17/9) diadakan pertemuan secara daring antara Pengurus Daerah Ikatan Guru Indonesia Kabupaten Ogan ilir yang dihadiri Ketua Daerah Sapto Abadi dan beberapa orang pengurus, Dewan Pembina  IGI Ogan Ilir Anton Supriyanto dan Sarono Putro Sasmito bersama salah seorang guru yang bertugas di sekolah tersebut Ibu Diana Eka Setiarini. Dalam pertemuan tersebut terungkap kronologis sebenarnya peristiwa yang akhir-akhir ini viral di media massa, media sosial dan elektronik.

Kejadian yang terjadi pada rabu (14/9) di SMA Negeri Pemulutan Selatan Kabupaten Ogan Ilir. Berikut kronologis tertulis dari pihak sekolah:

KRONOLOGI PERMASALAHAN YANG TERJADI
DI SMA NEGERI 1 PEMULUTAN SELATAN

Rabu, 14 September 2022 sekitar pukul 12.30  WIB
Lokasi : SMA Negeri 1 Pemulutan Selatan

Kepala Sekolah  melihat guru menangis di ruang Guru setelah ditanya dan di panggil ke ruang Kepala Sekolah  Dia (Guru Tersebut) menceritakan perihal apa yang sudah dialaminya. Bahwa Ibu Mega (Guru tersebut) sedang piket dan Ia melihat ada siswa yang merokok. Setelah ditanya semua siswa tidak mengaku, bahkan ada yang menendang meja atau kursi pada saat Ibu Mega sedang Menulis di papan tulis sehingga Ibu Mega tidak melihat siapa siswa yang melakukan tindakan tersebut. Kemudian ibu Mega bertanya siapa yang melakukan tindakan tersebut? Tapi semua siswa di kelas diam dan tidak ada satupun yang mengaku melakukan tindakan tersebut. Tiba-tiba seorang siswa bicara (menyeletuk) “awas ade  mate-mate, guru rai due belas”.

Selanjutnya ibu Mega menceritakan bahwa anak-anak kelas itu sering tidak patuh bahkan tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, sehingga ibu Mega merasa di hina, dilecehkan, dan tidak dianggap oleh siswa-siswi kelas tersebut. Sampai-sampai Ibu Mega berkata “saya seperti tidak punya harga diri lagi” yang akhirnya Ibu Mega keluar dari ruangan Kepala Sekolah menuju ke mejanya di ruang guru.

Saya sebagai kepala sekolah mengkonfirmasi ke kelas tersebut yang awalnya saya lihat begitu memprihatinkan dengan sampah dan sapu yang berserakan ternyata siswa-siswi tersebut makan dan minum di kelas.

Atas laporan tersebut dan mengecek langsung ke kelas tersebut dan saya mengambil alih untuk menyelesaikan secara baik-baik dan penuh kesabaran selaku kepala sekolah, saya memasuki kelas tersebut dan menanyakan langsung ke siswa untuk mengaku siapa yang membuat kesalahan tersebut yaitu merokok dan mem-bully guru. Saya berikan waktu hitungan ke sepuluh masih tidak ada yang mengaku dan akhirnya saya menyuruh semua siswa-siswi keluar berkumpul di halaman sekolah bersama dewan guru memberikan nasehat kepada siswa untuk mengakui siapa yang berbuat kesalahan tersebut. Beberapa saat kemudian saya ke kantor karena ada yang saya kerjakan sambil menunggu memberikan waktu kepada siswa supaya mengakui kesalahan yang mereka lakukan, dan saat saya tinggalkan ke kantor siswa masih ditemani dewan guru untuk menasehati para siswa tersebut dan setelah itu saya kembali lagi kelapangan menemui para siswa.

Saya bertanya kepada guru yang masih menemani mereka apakah sudah mengaku atau belum. Jawaban dewan guru bahwa belum ada satupun siswa yang mengaku maupun yang memberitahu pelaku. Sampai saya memberikan hitungan ke sepuluh yang kedua kalinya masih saja tidak ada yang mengaku semua kompak menutupi kenakalan teman-temannya. Sebelum saya melakukan hal yang diberitakan di media sosial, saya sudah mewanti-wanti kepada siswa untuk tidak menutupi kenakalan orang lain yang mengakibatkan semuanya akan kena dampaknya. Seperti tsunami yang tidak memandang mana yang salah mana yang benar semua akan kena imbasnya, tapi semua siswa bertahan kompak untuk tutup mulut sampai akhirnya terjadilah penamparan ke siswa di kelas itu. Semua saya lakukan dalam keadaan sadar yang sifatnya mendidik anak untuk jujur, berani, dan tidak mengulangi perbuatannya.

Saya melakukan hanya untuk efek jera kepada anak didik dan bisa bersikap lebih baik lagi, baik terhadap aturan sekolah, dan dewan guru yang mendidiknya. Saya seorang ibu, hati nurani  masih saya dahulukan dalam mendidik anak-anak.

Setelah hal itu selesai, baru ada yang mengaku menyebutkan Si A, B, dan C yang melakukannya sampai saya berucap “kenapa kamu tidak terus terang dari tadi” setelah semuanya kena hukuman mereka menjawab “takut pada murid-murid yang nakal di kelas itu”.

Dari hasil kejadian tersebut saya memerintahkan kepada Staf TU untuk membuat surat panggilan kepada orang tua / wali siswa satu kelas yang hadir pada hari rabu tanggal 14 September 2022. Dengan bukti absensi dan notulen hasil rapat (terlampir) yang kami sepakati setelah kami menjelaskan kronologi kejadian pada hari itu kepada orang tua/wali siswa yang sebenarnya.

Dari semua orang tua/wali siswa yang hadir tidak mempermasalahkan kejadian pada hari rabu tersebut, bahkan mereka menitipkan anak-anak mereka untuk di didik dan di ajar di SMA Negeri 1 Pemulutan Selatan, serta berterima kasih atas kejadian tersebut dengan harapan anaknya tidak berbuat nakal dan merokok serta tidak melanggar aturan SMA Negeri 1 Pemulutan Selatan di lingkungan sekolah.

Guru kami ibu Mega Mustika yang merasa dilecehkan dan tidak dihargai oleh siswa, memutuskan mengundurkan diri sebagai Guru di SMA Negeri 1 Pemulutan Selatan terhitung Kamis tanggal 15 September 2022 setelah kejadian tersebut.

Menanggapi hal tersebut, Anton Suprianto selaku Dewan Pembina IGI Ogan Ilir memberikan dukungan penuh bahwa hal yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah adalah dengan tujuan mendidik. Beliau mengingatkan bahwa pada tahun 2011, pernah ada nota kesepemahaman antara pihak Dinas Pendidikan Kabupaten  Ogan Ilir, Polres Ogan Ilir, Ketua DPRD Ogan Ilir dan tokoh-tokoh pendidikan bahwa permasalahan pendidikan yang terjadi antara guru dan siswa hendaknya diselesaikan di sekolah tersebut. Pihak kepolisian hendaknya tidak mudah memproses laporan dari orang tua/ wali siswa sebelum mempertemukan dan memediasi agar persoalan tersebut selesai di tataran sekolah bukan di jalur hukum. Beliau juga siap mendampingi kepala sekolah SMAN 1 Pemulutan Selatan dan membawakan dokumen nota kesepemahaman tersebut ke Polres Ogan ilir jika diperlukan.

Senada, Sarono Putro Sasmito juga mengungkapkan dukungannya kepada pihak sekolah. Sebab hal yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah bukanlah dalam rangka tindakan kriminal untuk mencelakakan siswa tetapi sebagai bentuk pendidikan. Sebagaimana diketahui bahwa selama lebih dari dua tahun mengalami pandemi covid 19 dan pembelajaran dilakukan secara daring, terjadi penurunan karakter siswa. Ini membuktikan bahwa orang tua mengalami kesulitan untuk membimbing karakter anak-anaknya selama mereka belajar di rumah. Mungkin disebabkan oleh kesibukan orang tua atau mungkin keterbatasan pemahaman dalam mendidik. Hal inilah yang seharusnya disadari oleh orang tua, bahwa ketika mereka menitipkan anak-anaknya di sekolah, mereka juga harus memberikan dukungan kepada guru-gurunya. Tidak mendukung anaknya jika melakukan kesalahan, bahkan melibatkan pihak kepolisi ketika anaknya didisplinkan. Orang tua hendaknya memahami bahwa dengan diberikan pendidikan karakter, kelak siswa akan menjadi orang yang baik, bukan pelaku kriminal. Beliau juga sebagai salah satu pemilik redaksi media daring akan mencoba meluruskan pemberitaan yang sejauh ini tidak cover both side dan selalu mengkambinghitamkan kepala sekolah dan guru.

Pada kesempatan tersebut, Pengurus IGI Ogan Ilir juga turut memberikan dukungannya. Melalui dukungan moril, IGI Ogan Ilir mendorong agar kejadian tersebut tidak berakhir di jalur hukum. Akan tetapi bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Pengurus IGI Ogan Ilir juga berharap agar para orang tua yang mempercayakan anak-anaknya untuk dititipkan ke sekolah, juga turut memberikan dukungan. Terutama ketika di rumah, orang tua harus sadar bahwa tanggung jawab mendidik yang paling utama adalah bersama orang tuanya. Jika orang tua sudah tidak berpihak dengan didikan guru, maka akan ada kemunduran dalam pendidikan yang merugikan siswa itu sendiri. Selain itu, IGI Ogan Ilir berharap kejadian serupa tidak terjadi lagi pada masa yang akan datang.

About Usmi Sintara

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comentários:

Posting Komentar